4 Contoh Puisi Bebas Yang Menyentuh Hati

Contoh Puisi Bebas Yang Menyentuh Hati

4 Contoh Puisi Bebas Yang Menyentuh Hati


4 Contoh Puisi Bebas Yang Menyentuh Hati -
Setelah mengumpulkan lembaran catatan yang berserakah dimana-mana ahirnya bisa posting lagi tentang kumpulan puisi cinta yang ditulis oleh Fiena Syifa. Masih membahas temanya yang galau nih. Karena ketika dia menulis sajak ini posisinya lagi patah hati. Jadi, berimbas pada isi puisinya ikutan galau. Jadi berikut ini puisinya :

Lelah

Sore ini baru saja lelah menyergap. Kulangkahkan gontai kaki memijak seakan mereka tau debu jalanan menikam pilu. Kadang tidak lupa akan keluh kesah menepiskan lelah, menunduk pasrah. Aku.... Lelah.

Teriring asa yang bertubi-tubi menikam sengaja, ku sombongkan diriku Aku bisa. Dan Aku ini wanita yang kuat. Namun tak jarang Aku terkekeh sendiri berkaca pada genangan di jalanan yang habis di rundung hujan sore itu. Aku... Menyedihkan.

Terkutuk otak sedari tadi terlalu sering diriku menepiskan syukur terkalahkan ego karena ingin yang tak pernah tergapai kembali kurasa sudah. Jangan terlalu sering mengeluh. Ah memang Aku ini, pendosa yang tak mampu mencapai finish agar mau bertaubat. Terlebih saat tumpukan-tumpukan penat menyelinap 

Kurasa sudah, ingin sekali kusudahi nafas ini. Kadang tidak tau, tekanan apa yang memaksa seakan tidak mau mengenal. Aku.. Terlalu sedih dan amat menyedihkan

Benci kepada diri sendiri dan membenci orang yang mengusik ketenanganku. Aku ini kenapa? 

Memang, begitu banyak drama hingga begitu banyak bab-bab pelajaran hidup yang tak akan pernah habis ku pelajari. Kuat, tabah, adalah yang terbaik.

Hingga detik kali ini, yang harus di lakukan adalah betahan. Sekejam apapun dunia yang kau rasa asing. Sepedih apapun kenyataan hingga kau merasa tersingkirkan. Kau hanya perlu tau, teruslah bertahan.

Jarak dan rindu

Berlari mengejar, dalam angan seraya mengutuk waktu akal sehat menjadi korban. Rintikan rindu mendebat perlahan mengenai jarak yang mengusut berantakan.

Disini langitku sudah mulai gelap semburat jingga tepat di tepi barat ku lihat apakah langitmu disana sama?. Bayangku berkecamuk meminta hebat akan temu yang tiba-tiba saja mengamuk begitu rindu.

Aku terbawa rasa, mengalunkan melodi yang sama berjumpa denganmu lewat kala yang kini terkenang. Ah, akhirnya kembali ku tersenyum mengenangmu dengan cinta masa itu.

Sesak merindukanmu sama saja seperti detak jantung terbawa dimanapun Aku berada. Tapi tidak apaa. Aku baik-baik saja.

Karena sesulit pertemuan di banyak harapan akan selalu ada akhir dengan kebahagiaan. Aku percaya itu. Saat jauh pun, Aku tetap merasa baik. Entahlah, hangat saja kurasa. Didekapan doa mengalir dalam nadi setiap waktu

Pagi kusapa mentari, selamat pagi katAku masih belum pagi, balasmu. Menyebalkan. Teringat nyatanya kita berada di dua garis waktu berbeda. Didalam pijakan bumi yang berbeda kamu di daerah sana

Sedangkan Aku, diseberang sini tidak ada jumpa tidak ada temu. Aku hanya ingin mengharapkan harapan-harapan do’a terwujud seketika. Rasanya rindu itu candu. Setiap apa yang ku dapat entah sekecil hal darimu. Aku selalu ingin itu abadi.

Di dalam senja yang akhirnya menjelma menjadj kalimat-kalimat sajak tak bertepi ini. Ku raih beberapa ingatan yang mengabadikan. Kuraih bahagia karena syukurlah, kamu berhasil membuat kepalAku terisi penuh akan fikiran-fikiran tentangmu. Aku tidak akan lupa,

Bahkan hari ini pun, bersyukurlah, kau masih di dalam dekapan doa.

Sejenenak lupakan masa lalu

Sejenak mari kita lupakan. Cerita mengenai seseorang sebelum kita. Rumah yang dulu pernah menjadi tempatmu berteduh. Rumah yang dulu sempat membuatmu nyaman.

Mari lupakan,  sama sepertimu. Sebelum akhirnya bertemu denganmu kembali, Aku pernah menganggap seseorang menjadi tuan di dalam lubuk hati paling dalam. Namun tidak. Nyatanya Tuhan memberikan kenyataan di luar dugaan manusia.

Kamu yang saat itu sudah berhasil di lupakan masa. Nyatanya kembalii menghangatkan luka. Menyembuhkan lara. Terimakasih, pada akhirnya telah kembali memaafkan jenakanya sebuah cerita.

Mari lupakan, mari lepaskan, genggaman seseorang saat memberi begitu banyak pelajaran. Mari raih segalanya di depan. Menuntaskan cerita sendu kala itu. Mengahirkan pencarian. Jika berjodoh, Tuhan memudahkan. 

Aku tak pandai bersyair. Namun setiap rasa mengalir dalam benak, ku tulis dan tak akan selesai. Apalagi, menuliskan itu tentang kamu.

Lelaki di persimpangan

Lelaki di persimpangan Memilih bertahan atau pulang. Aku seakan tersudut keadaan. Satu sisiku rindu akan pulang. Sisi lainku tak mampu hanya jadi beban. Empat belas hariku dalam kurungan. Terkurung dalam tempat yang ku anggap nyaman. Mungkin aku sudah gila. Mengajak bercanda dinding kusam. Beradu tawa dengan bayangan.

Secepat inikah dunia berputar Ataukah aku yang tanpa persiapan, Seakan menangis dalam diam. Menjerit dalam harap. Memendam dagu dalam ragu.

Keadaan yang membunuhku perlahan Bukan sakit yang ku pendam. Namun peluh yang tersamarkan. Kini terasa kelam menikam. Iri kulihat tawa tersebar Disana. Bersama orang-orang terkasih, di kampung halaman

Beberapa berita sahut menyahut terdengar Menyuruh ku untuk tetap bertahan Disini. Agar tetap di sini 

Terik matahari ku pijak Disudutkan perlahan kembali, dengan keadaan Seolah tawa gusar diperebutkan Kembali berdiam diri. Bertahan disini Sendirian. Di kota yang jauh dari teman.

Seluruh jalanan lengang Tanpa langkah sepatu, Tanpa bayang tanpa angan. Berbagai peraturan di ledakan. Aktifitas di hentikan. Lalu, Bagaimana denganku ini?.

Mengesampingkan ingin yang sedari kemarin. Lelaki itu kembali berjalan. Setapak dengan kewajiban Yang di haruskan, yang harus kembali dijalankan. Meski batin meronta, Memikul beban tak berkesudahan. 

Dalam benak, Beribu pertanyaan terjawab oleh sendiri. Sampai kapan?. 

Sampai kapan? 

Sampai kapan? 

Lelaki itu kembali menunduk, Menetes peluh yang kian pilu. Sabaar, di hatinya menjawab kemudian.

Semoga puisi galau ini bisa mengobati hati kalian dan terima kasih sudah membaca tulisan ini. Kalian juga bisa melihat musikalisasi puisinya di Channel Youtube Nrechel.