Dan Lagi, Kamu... (Puisi Pendek)

Sepeninggalmu di batas peron. Lambaian tangan dengan nada yang tak jelas ku dengar. Beradu saut salammu dengan desis kereta itu. Satu, dua, tiga, entah keberapa gerbong ku tatap. Hanya lambaian tanganmu yg sekilas menghilang. Jarak itu mulai ku hitung hingga pesanmu menjadi tanda disitulah kamu berada.

Ingin sekali ku tarik tanganmu. Jangan pergi...

Tapi sepasang mata teduh itu menenangkan. Tak apa, katamu. Aku menggerutu dengan ketidak jelasan naluri yang sedari tadi menyiksa hati. Menahan segala gejolak yang membuatku kian runtuh. Bertahan, memang itu yg harus aku lakukan.

Segelas Coffe Late terahir sebelum kepergianmu, biar saja ku aduk sisanya, sembari menunggumu untuk temu selanjutnya. Kamuu.... akan tetap menjadi alasanku untuk bertahan. Menunggumu membuatku senang. Dan memikirkan kita menjadi utuh adalah yg paling menyenangkan.

Bercak air sudah membasahi jendela saat baru saja aku membuka mata. Hmmm.. Dan aku masih memikirkan raga yang ku perkenalkan kepada dunia. Sebagai teman baik, sahabat terbaik, dan pasangan yang ku puja. Kamu orangnya. Menjadi alasan tangisku mereda. Menjadi alasan tangisku tak jera. Sebagai orang yang ku agungkan di setiap langkah. Aku mengenalmu, merindukanmu tanpa jeda.

Kamu... Yang membuat hidupku lumpuh saat ku pikir kamu tiada.
Kamu... Menjelma di keramaian membuatku bising membuatku bahagia.
Kamu... Menjelma di kesunyian membuatku sepi.

Merasa sendiri. Kamulah orangnya. Yang membuatku mencintai jarak. Membenci jarak, kamu tetap orangnya.

Writed by : Fiena Syifa. December 27, 2021.