Bagaimana Kami Lapor Pak? #percumalaporpolisi

Bagaimana kami lapor pak?. Sedangkan aparat negaranya saja sibuk dengan nama baik mereka. Salah satu anggotanya membuat masalah, yang lain ramai merendahkan.

Kepada bagian mana kami melapor pak?. Yang kami anggap bersinegritas nyatanya saling mencaci. Lalu bagaimana dengan kasus-kasus yang tersembunyi. Yang tidak bisa di utarakan lewat kata apalagi meninggikan suara lewat microfon pengadilan?. Semua bisa di tulis, katanya.

Tidak pak. Saat tulisan-tulisan kami bermunculan berharap dibaca dan dimengerti. Yang kami dapat adalah pembelaan sesuai hati nurani dan pemahaman mereka sendiri.

Pak, sila ke 5 yang kami pelajari. Dari mulai kami menatap dan menetap di negeri yang katanya sangat permai. Dulu hanya sebatas tulisan yg kami hafalkan agar lulus menjawab soal ujian PPKN sekolah dasar.

Tapi, seiring bertambah usia, dihadirkan berita-berita tidak masuk akal. Kami sadar keadilan bukan lagi hafalan. Perempuan-perempuan hanya bisa menerima tidak mampu berbicara.

Bagi kami pak, siapa yg menyentuh kami adalah aib. Kami memohon ampunan untuk diri kami yg merasa kotor. Tidak bisa bersuara atas ketidak adilan. Tidak mampu berontak karna kami malu .

Hal yg di dapat setelah bersuara malah kita yg di benci di salahkan dan kita yg menikmati. Katanya.