Memahami Budaya Populer & Budaya Tinggi dari TikTok dan Nakama One Piece Lintas Generasi

nakama one piece lintas generasi
Nakama One Piece Lintas Generasi
Manusia sejak Nabi adam diciptakan adalah mahluk yang bersosial dan bebudaya. Memiliki rasa hampa ketika ia sendirian dan mempunya kebiasaan yang berbeda-beda tergantung dimana bumi yang ia pijak. 

Sebagai seseorang yang hidup di zaman sosial media yang menggila dan juga platform berbagi video menjadi hal yang banyak di gandrungi oleh anak-anak Gen Z dan Alpha, ada hal menarik yang berkaitan dengan budaya populer dan budaya tinggi. 

Banyak orang-orang yang beranggapan bahwa para pengguna TikTok ini adalah orang yang alay, tidak berpendidikan dan sering joged-joged tidak jelas. Padahal banyak yang terbantu dengan adanya platform yang hadir dari Negeri Tirai Bambu ini.  

Contohnya seperti seorang anak yang sangat creative dalam segi Filmaking, Videografi, Fotografi dan konten-konten kreatif lainnya yang bernama Anas dengan username TikToknya @Arnafmedia.id. Adalah generasi emas yang bisa memanfaat perspektif negatif orang-orang yang mengatakan bahwa TikTok itu alay, lebay, hanya untuk orang-orang rendahan.  


Padahal jika kita ambil sisi positifnya, anak-anak seperti Anas ini memiliki ruang yang tepat untuk menyalurkan bakatnya hingga saat tulisan ini penulis buat ia memiliki 253.2k pengikut dalam waktu singkat. 

Kenapa hal ini bisa terjadi?. 

Kembali lagi banyak orang yang menganggap Platform Berbagi Video ini adalah tempatnya orang-orang rendahan menurut sebagian orang yang memiliki interest yang tinggi terhadap sosial media. 

Padahal semua sosial media itu tergantung siapa yang memakainya. 

Sama seperti musik, ketika di zaman 2000an saat penulis dikatakan anak bawang, Musik Pop, Slow Rock, Alternative dan genre yang datang dari barat adalah selera musik yang kekinian dan gaul.  

Sedangkan musik dangdut di zaman itu dianggap ketinggalan zaman, padahal itu hanyalah perspektif dari sebagian orang tidak bisa di generaliris, 

Bahkan sekarang saat tulisan ini dibuat malah musik dangdut terutama dangdut koplo menjadi populer dikalangan anak-anak Gen Z dan Alpha. 

Semuanya tergantung selera dan yang namanya rasa itu relatif tidak bisa disamaratakan bahwa musik dangdut koplo itu ketinggalan zaman atau musik dangdut koplo itu kekinian. Kembali lagi tergantung selera. 

Itulah pentingnya kita saling toleransi dan saling menghargai jika ada yang suka dengan TikTok karena di TikTok bisa terkenal silahkan. Ada juga yang berpendapat bahwa TikTok gudangnya ilmu, boleh. Bahkan ada yang menganggap TikTok itu sumber cuan, silahkan.  

Jangan sampai kita beranggapan dan menggeneralisasi bahwa yang punya Aplikasi TikTok orang lebay, dan suka joget-joget. Jangan sampai kita menganggap bahwa yang bermain Threads adalah orang berpendidikan dan miliki selera yang tinggi. Tidak semua tergantung kita. 

Jadi harus bijak memilih dan menghormati satu sama lain agar tercipta hubungan sosial budaya yang termaktub dalam Pancasila sila kedua Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. 

M.Lutfi Abdul Aziz 051586338 

Prodi S1 Ilmu Komunikasi, Universitas Palembang. 
Content Creator