Sebuah Tradisi Hataman Shorof Kempek

Pondok Pesantren menyimpan begitu banyak cerita, mulai dari keseruan betemu dengan teman-teman baru yang berbeda suku, ras dan bahasa. Tentang setoran hafalan yang selalu di kejar deadline, dan juga pengajian yang menjadi kewajiban bagi seluruh Santri. Salah satu pengajian wajib yang ada di Pondok Pesantren Kempek ialah pengajian shorof.

Ketika itu, ada seorang Santri Kempek yang boyong (pulang dari pondok selamanya) karena Dia tidak mau masuk pengajian Shorof. Kenapa?, takut nanti saat hataman di pukulin ungkapnya.

Apakah memang benar Hataman Shorof di Kempek menjadi momok yang menakutkan bagi para santri? Khususnya Santri Baru yang belum memiliki keteguhan hati untuk mengaji apapun itu rintangannya.

hataman shorof pondok pesantren kempek

Abuya pernah menjelaskan, dahulu hataman sorof itu tidak seperti hataman shorof sekarang. Gimana ceritanya?

Bab terahir dalam shorof kempek itu menjelaskan tentang "masdar marroh"

Apa itu masdar marroh?
مَصْدَرُ الْمَرَّةِ هُوَ مَا يَذْكُرُ لِبَيَانِ عَدَدِ الْفِعْلِ
Masdar marroh ialah kalimah (masdar) yang menjelaskan bilangan sesuatu pekerjaan.”

Contohnya itu "ضربت ضربة واحدة"

Jika di artikan "saya memukul dengan satu kali pukulan"
Untuk penjelasan lebih detailnya silahkan buka kembali kitab shorofnya
Nah, sebenarnya para santri itu ingin mengamalkan dari penjelasan tersebut "memukul dengan satu kali pukulan" akan tetapi memukulnya tidak dengan sekuat tenaga,

Menurut cerita alumni zaman old, mereka hanya mengelus pundak dari para khotimin shorof atau hanya menepuk pundak "1x" sebatas mengamalkan ilmu dari pembahasan "مصدر مرة"

Karena esensi dari masdar marroh ialah melakukan sesuatu dengan 1x. Akan tetapi, santri kebanyakan tidak memahami apa itu "masdar marroh"? Hingga mereka berfikir untuk memukul dengan sekuat tenaga dan berkali-kali.

Hingga Abuya menyindir bahwa mereka yang "membuat kerusuhan" saat hataman shorof ialah orang yang "gak ngaji" padahal sudah di jelaskan yang namanya masdar marroh itu melakukan sesuatu dengan satu kali, bukan berkali-kali.

Lalu ada segelintir santri yang bilang "itu sudah tradisi dari dulunya". Apa benar seperti itu?

Untuk meyakinkan, silakan anda tanyakan sendiri kepada para alumni-alumni Kempek tahun 80-90an atau yang lebih sepuh lagi. apakah tradisi hataman shorof dulu itu seperti sekarang ini?. Apakah benar itu sudah tradisi dari dahulu?.

Bahkan Abuya sendiri sudah menjelaskan dan melarang acara "kerusuhan" saat hataman shorof.

Santri itu dididik dengan tatak rama dan sopan santun yang tinggi apalagi dengan Kyainya sendiri. So, kita sebagai santri harus nurut dengan perintah Kyai.

Apalagi "jotos-jotosan" saat acara hataman shorof itu bukanlah etika yang baik dan tidak menunjukan prilaku santri ditambah lagi dihadapan guru kita.

Kalau kita lihat lebih awal dalam tasrifan kempek pada mauzun nya fi'il tsulasi mujarrod yaitu
ضرب - يضرب
نصر - ينصر
منع - يمنع
علم - يعلم
حسن - يحسن

Pada tahapan pertama kita itu ضرب - يضرب.
Dalam artian bahwa kita di pukuli di hantam bertubi-tubi dengan materi pengajian yang membuat kita pusing untuk memahaminya.

Namun kita juga نصر - ينصر.
Dalam belajar kita harus tolong-menolong. Ketika ada teman yang kesulitan memahami materi pelajaran, kita diskusikan bersama dalam forum musyawaroh. Atau ketika kita sendiri belum mengerti terhadap pelajaran tersebut, jangan sungkan untuk bertanya pada teman yang lebih mengerti.

Setelah itu منع - يمنع.
Ketika kita mempunyai teman yang ingin melanggar peraturan pondok atau ingin bolos dari pengajian, kita harus mencegahnya.

Karena علم - يعلم.
Kalau kita bolos ngaji, kita tidak akan tau apa pelajaran yang di berikan.

Untuk mencapai حسن - يحسن.
Kita harus melewati prosesnya mulai dari awal tadi. Karena menjadi orang yang baik dan sukses itu tidak instant. Kita harus melewati berbagai macam rintangan mulai dari
ضرب
نصر
منع
علم
Hingga bisa mencapai
حسن

Jadi, ayo kita hilangkan sesuatu yang tidak menunjukan sisi dari seorang santri.
Content Creator