Puisi Maaf Untuk Ayah Dan Ibu

puisi ayah ibu paling sedih

Puisi Untuk Ayah Dan Ibu Paling Sedih - Sudah lama rasanya saya tidak memperbaruhi postingan di blog ini. Entah mengapa rasanya begitu malas menulis lagi. Tidak seperti dulu yang setiap hari menulis-menulis dan selalu menulis. Tapi untuk kali ini saya paksakan meng-update tulisan di blog ini. Bukan karena alasan saya menulis karena ada salah satu dari subcriber channel youtube Nrechel meminta salah satu puisi yang di unggah di channel tersebut. Apa itu? yaitu puisi yang dibacakan oleh Santriwati Pondok Pesantren Putri 'Aisyah Kempek Cirebon pada saat pelepasan Wisuda Madrasah Takhossus Lil Banat yang ke 25.

Video ini saat saya menulis tulisan ini sudah di tonton sebanyak 530.000 views. Saya sangat terheran-heran kenapa video puisi ini banyak sekali yang menonton. Tapi Saya akui memang dalam video musikalisasi puisi tersebut terdapat naskah puisi yang memiliki makna yang sangat dalam tentang pengorbanan Ayah dan Ibu kita.

Saat Saya mengedit video ini, Saya benar-benar meneteskan air mata. Kenapa? sebagai editor dalam video puisi tersebut mau tidak mau saya harus mendengarkannya berulang-ulang agar menjadi bait bait puisi yang indah. Iya, saya menangis. Ternyata bukan saya saja yang ikut menangis mendengarkan video Puisi Untuk Ayah Dan Ibu Paling Sedih ini. Teman-teman subscraiber juga ikut bersedih mendengarkan video ini. Oleh karena itu bait-bait indah dalam video tersebut akan saya bagikan kepada teman-teman sekalian.

Semoga dengan mendengarkan puisi ini bisa mengingatkan kita kembali untuk menjadi anak-anak yang berbakti terhadap orang tua. Berikut ini adalah teks puisinya :

Ayah Ibu...
pagi ini sejuk udara hampiri kalbu
dingin gemetar membuatku pilu
sebuah hari yang bertahun-tahun kita tunggu
aku menangis menghambur memeluk sujud syukurku

Ayah Ibu...
hari ini langkahmu aku sambut dengan rengekan manja
dan aduhan tentang segala keluhan ku
hari ini aku mencoba untuk menuangkan segala pengabdianku
berbentuk prestasi dalam beribu harapanmu
Meski hanya satu dari seribu harapanmu yang kami tunjukkan

tapi Ayah Ibu...
detik ini kau lihat putrimu berdiri di depanmu
bersama teman-temannya  dengan sangat bahagia

apa putrimu membanggakanmu Ayah?
apa putrimu membanggakanmu Ibu?

Ribuan tetes keringatmu mendoakan ku
saat kau antar aku ke sebuah tempat
dimana aku rela menjauh darimu
kau serahkan aku untuk dididik dan dibimbing disini
kau usap tangismu padahal setiap waktu kita saling merindukan

Ayah Ibu...
hampir seribu delapan ratus hari aku selalu mengganggu waktumu
hanya untuk bercerita kepedihanku, kesedihanku, dan mengeluh tentang keaddan serta keinginanku
aku selalu merengek meminta meminta dan meminta
dan saat itu pula, kau selalu mengingatkannya dengan nada khas yang begitu menenangkanku

Apalagi saat yang sering ku adukan hanyalah kata boyong
kau begitu menguatkanku
kau anggap aku adaalah sosok yang kuat
kau yakinkan aku adalah yang terbaik
kau selalu bisa membuatku luluh dengan segala petuahmu
kau peluk rasa sakitku
setiap ku mengeluh tentang berbagai masalah

Tapi Ayah Ibu
apa putrimu ini membuatku bangga?
Saat uangmu ku gunakan untuk bersenang-senang
menyetarakan segalanya agar terlihat sempurna dimata manusia lain
saat pengharapanmu kepadaku ku jadikan hal yang biasa

maafkan aku...
jika kesempatan waktu yang sedikit denganmu
kau sering ku acuhkan
maafkan aku...
jika aku hidup hanya hadir sebagai duka dalam tiap bait duniamu

Aku tak pernah seperti payung yang melindungimu kala engkau basah kuyup
aku tak pernah pula seperti bintang
yang hadir seperti teman malam mu
bercerita dan berbagi denganmu

maafkan ayah...
maafkan ibu...
jika tak banyak yang kumengerti selain keegoisan dan masalahku sendiri
tak pelak ku tanyakan ibu
bagaimana denganmu
tak pelak ku tanyakan kepadamu ayah
bagaimana juga denganmu
lantas dengan apa aku membalas segalanya
tapi kau ikhlas untuk itu

begitu bodohnya putrimu
saat cinta yang begitu dalam kau berikan kepadaku malah sering ku abaikan
aku lebih mencintai sosok lain yang baru saja ku kenali

Ayah Ibu...
saat nanti ijab qobulku telah sah menjadi pemisahku denganmu
lalu kapan lagi putrimu bisa membanggakanmu Ayah
lalu kapan lagi putrimu bisa membanggakanmu Ibu

aku terlalu malu
aku sangat malu menatapku
karena aku tau kesalahanku yang tak cukup ditebus dengan kata maaf

tapi Ayah Ibu
lihatlah putrimu sekarang ini
lihat kami Ayah
lihat kami Ibu
kami tepat dideapanmu telah berhasil memeluk segalanya tentang tempat ini
putrimu yang sudah bisa menapak di atas telapak kakinya sendiri

katakanlah Ayah Ibu
kalau hari ini kalian bangga pada putrimu
untuk senin kali ini dari senin senin yang lainnya

kali ini saja ayah
kali ini saja ibu
berbanggalah pada putrimu
dan doakanlah agar putrimu selalu membanggakanmu di hari-hari berikutnya

peluk kami Ayah
peluk kami Ibu
peluk kami dalam linang mata terbahagiamu

kali ini saja Ayah
kali ini saja Ibu
lihatlah dan katakanlah putrimu membanggakanmu

Terimakaih Ayah
terimakaih Ibu
kau lebih dari segalanya 

Karya Fina Syifa Unafusah

Penasaran gak sih kalian sama yang membacakan puisi ini?. Perkenalkan namanya adalah Felayati Barkah.

Wanita cantik ini adalah alumni Pondok Pesantren Putri 'Aisyah Kempek tahun 2017 yang berasal dari Cirebon Jawa Barat. Menurut teman-temannya Dia itu orangnya asik, aktif dan juga pintar di sekolah lhoo....

Oke, sekian dulu postingan saya kali ini tentang puisi maaf untuk ayah dan ibu. Terima kasih untuk Ela Fidriyah yang sudah request bait-bait indah puisi ini. Bagi kalian yang belum nonton videonya jangan lupa nonton ya.



Tapi sebelum kalian nonton videonya Saya sarankan untuk siapkan tisu terlebih dahulu. Kenapa? karena puisi ini sangat menyentuh sekali dan bisa membuat siapa saja yang mendengarkannya akan menangis.



Content Creator